Kesempurnaan Puasa
Hendaknya orang yang berpuasa disamping menjauhi hal-hal yang membatalkan puasa, juga menjaga dirinya dari perbuatan maksiat sehingga tidak sampai masuk kedalam golongan orang yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya sebagai berikut:
Berapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.
Hadist di atas mengisyaratkan bahwa puasa seseorang tidak akan sempurna hanya dengan menahan diri dari lapar dan dahaga saja mulai terbit fajar sampai terbenam matahari, tapi lebih dari itu puasa juga menuntut untuk menahan anggota badan dari berbagai perbuatan dosa dan keji.
Imam Ghozali menerangkan kesempurnaan puasa tersebut dengan enam hal:
- Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang tercela dan dibenci, mengendalikan mata dari hal yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan diri dari mengingat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
Pandangan adalah salah satu anak panah beracun di antara anak panah yang diluncurkan iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan kepadanya keimanan yang terasa manis dalam hatinya. (HR: Hakim).
- Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran dan perdebatan. Mengendalikannya dengan diam, menyibukkan diri dengan dzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an. Itulah yang disebut puasa lisan. Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya puasa merupakan perisai; apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula berlaku bodoh.; dan jika ada seseorang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan “sesungguhnya aku sedang berpuasa”.
- Menahan pendengaran dari mendengarkan hal-hal yang dibenci dan kurang baik, karena setiap hal yang diharamkan mengucapkannya diharamkan pula mendengarkannya. Allah SWT berfirman:
“ …maka janganlah kalian duduk bersama mereka sehingga mereka masuk ke pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (jika kamu berbuat demikian) tentulah kalian serupa dengan mereka. (AnNisa : 140)
- Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai perbuatan dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal yang tercela, menahan perut dari berbagai hal yang syubhat ketika berbuka, dsb. Rasulullah SAW bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga”. Di katakan ia adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari dosa dan maksiat.
- Tidak memperbanyak makan ketika berbuka meskipun itu makanan yang halal, karena tidak ada tempat yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal. Tujuan puasa adalah pengosongan perut dan menundukkan hawa nafsu demi memperkuat jiwa menuju taqwa. Ini tidak akan terwujud dengan perut yang penuh dengan makanan.
Imam Abdullah bin Alwi AlHaddad dalam kitab Annashaa-ih Addiiniyyah berkata:
"Menjejali perut dengan bermacam-macam makanan, lantaran menuruti hawa nafsu, sehingga perut menjadi terlampau kenyang, adalah Makruh hukumnya, ia bisa menimbulkan bencana dan madharat yang banyak, diantaranya:
- Hati menjadi keras.
- Malas mengerjakan ketaatan.
- Tidak bergairah melakukan Ibadah.
- Lemah pemahamannya di dalam Ilmu pengetahuan.
- Kurang Kebijaksanaan.
- Kurang Rahmat dan belas kasihan terhadap orang-orang yang lemah dari kaum muslimin.
- Enggan memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Apabila seseorang senantiasa membiasakan dengan makanan dan minuman sekehendak hawa nafsu dan tanpa takaran, sehingga perutnya menjadi kekenyangan, maka dikhawatirkan ia bakal terjerumus ke dalam perkara yang haram dan syubhat.
Hujjatul Islam, Imam Ghazali berkata: "Perut yang kenyang dari yang halal adalah sumber kecelakaan. Apalagi jika perut di kenyangkan dengan yang haram."
Rasulullah SAW bersabda:
Tidak ada suatu tempat dipenuhi oleh anak Adam yang lebih mencelakakan daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang belakangnya. Jika itu tidak bisa dipertahankan, maka hendaknya dibagi tiga: sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk pernafasan. (HR Ahmad)
- Hendaknya setelah iftar (berbuka) hatinya gelisah penuh cemas dan harap, apakah puasanya telah diterima Allah atau tidak, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehingga mengantarkan ke dalam golongan muqarrabin atau sebailnya ditolak puasanya sehingga termasuk golongan orang-orang yang dimurkai?
Dengan memperhatikan dan mengamalkan pesan imam Ghazali tentang kesempurnaan puasa tersebut, semoga Allah menerima puasa kita Amiin ya rabb.
Beberapa Hal Penting Dalam Anjuran Menyambut Hari Raya Idul Fitri
1. Melakukan shalat 'Id dua raka'at dengan tujuh takbir selain takbiratul ihram pada raka'at pertama dan lima takbir selain takbir bangun dari sujud di raka'at kedua dan afdholnya dengan berjama'ah di Masjid bagi laki-laki, dan perempuan tua yang tidak memiliki bodi atau yang menutup auratnya secara sempurna, tidak bersolek dan tidak memakai wewangian/parfum.
Sedangkan untuk perempuan yang masih muda atau yang masih memiliki bodi maka dimakruhkan jika aman dari fitnah dan jika tidak aman dari fitnah atau tidak menutup aurat secara sempurna, atau bersolek dan bergaya atau menebarkan bau wewangian dari tubuhnya, maka hukumnya haram. (Kitab Fathul Qarib dan Kifayatul Akhyar hal. 154 juz I). Dan itu sesuai dengan riwayat sohih Sayyidah Aisyah RA. Beliau berkata:
لَوْ رَأَى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَحْدَثَ النِّسَاءُ لَمَنَعَهُنَّ الْمَسَاجِدَ كَمَا مُنِعَتْ نِسَاءُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Andaikata Rasulullah SAW melihat apa yang diperbuat kaum wanita sekarang, maka beliau pasti akan melarang mereka (hadir) ke Masjid, sebagaimana dilarangnya wanita-wanita Bani Israel. (Qaul Sayyidah Aisyah)
2. Mengisi malam ‘Idul Fithri dengan ibadah dan taqorrub kepada Allah, seperti dzkir, shalat, qiroatul Qur’an, tasbih, istighfar dan sebagainya. Juga dengan memperbanyak takbir dimana saja sampai Imam bertakbiratul Ihram untuk melaksanakan shalat 'Id. Allah SWT berfirman:
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamun (Albaqoroh: 185)
3. Memperbanyak doa kepada Allah SWT. Karena dalam hadits disebutkan: Ada lima malam yang doanya tidak akan ditolak Allah SWT diantaranya dua malam hari raya ('Idul Fithri dan 'Idul Adha).
4. Mandi dengan meratakan air keseluruh badan dengan niat mandi 'Id bagi semua laki-laki atau wanita, kecil atau besar, yang akan shalat atau tidak. Dan masuknya waktu mandi yaitu pada pertengahan malam hari raya.
5. Memakai minyak wangi, berhias dan memakai pakaian yang terbagus walaupun tidak berwarna putih. Bagi perempuan juga dianjurkan dengan syarat didalam rumah dan dikalangan mahramnya.
6. Berangkat shalat 'id dengan berjalan, kecuali jika ada udzur, dan berangkatnya melalui jalan yang jauh sedangkan pulangnya melalui jalan yang dekat (berbeda) supaya ada dua jalan yang bersaksi kelak di akhirat.
7. Disunnahkan makan dan minum sebelum melakukan shalat 'Idul Fithri dan yang utama dengan korma yang ganjil. Adapun Idul Adha disunnahkan tidak makan sampai selesai melakukan shalat.
8. Puasa enam hari di bulan Syawal dan utamanya langsung setelah hari raya dengan berurutan. Fadhilahnya sebagaimana disebutkan dalam hadits:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ. (رواه مسلم)
Barangsiapa yang puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa Syawwal enam hari maka dia bagaikan puasa setahun penuh. (HR Muslim)
9. Janganlah kita menodai kesucian di hari Raya dengan kemaksiatan-kemaksiatan, diantaranya dengan menjabat tangan wanita yang bukan mahram, termasuk sepupu (misanan) dan ipar, karena hal itu dilarang oleh Rasulullah SAW. Di dalam hadits disebutkan:
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ. (رواه الطبراني)
Sungguh jika salah satu diantara kalian ditusuk kepalanya dengan jarum besi, itu lebih baik daripada memegang wanita yang bukan mahram. (HR Thabrani)
Selamat tinggal Ya Ramadhan, Wahai waktu turunnya Al-Quran,
Engkau datang dengan segala kebaikan rahmat dan ampunan,
Ramadhan dikau cahaya petunjuk kepada iman.
Ya Rabb Pertemukanlah kami dengan bulan itu lagi di tahun mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar