Jumat, 02 Oktober 2009

Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Rasulullah SAW dalam perjalanan sunnahnya, pada setiap hari-hari terakhir bulan Sya'ban, dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, biasa mengumpulkan sahabat, kaum muslimin dan muslimat dan beliau berkhotbah di hadapan mereka, menerangkan keutamaan-keutamaan serta keistimewaan-keistimewaan bulan Ramadhan.
 Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Rasulullah SAW dalam khotbahnya menyatakan:
 "Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang telah diwajibkan didalamnya berpuasa dan qiyam (berdiri shalat malam) di malam harinya sebagai suatu thathawwu' (sunnah). Barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya, samalah ia dengan menunaikan suatu fardu di bulan yang lain. Dan barangsiapa yang menunaikan suatu fardhu didalamnya, samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan yang lain. Ramadhan itu adalah sabar, dan sabar itu pahalanya adalah sorga. Ramadhan adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan dimana Allah menambah rezqi para mu'min. barangsiapa memberi makanan untuk berbuka kepada seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan berbuka puasa, baginya pahala seperti pahala seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu, tanpa sedikitpun berkurang.
Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, tidakkah kami semua memiliki makanan untuk berbuka puasa itu untuk orang yang berpuasa? Maka sabda Rasulullah SAW: Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberikan sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya merdeka dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari hamba sahaya, niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka. Karena itu perbanyaklah 4 (empat) perkara di dalam bulan Ramadhan, dua perkara untuk menyenangkan Tuhan-Mu dan dua perkara lagi untuk kamu yang sangat membutuhkannya. Dua perkara yang kamu lakukan untuk menyenangkan Allah ialah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara lagi yang kamu sangat membutuhkannya ialah mohon sorga dan berlindung dari neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air telaga-ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga ia masuk kedalam sorga."
 Atas dasar hadits tersebut serta sesuai dengan keagungan bulan suci Ramadhan sebagai bulan taqarrub, mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka kita sebagai kaum muslimin semestinya menyambut kedatangannya dengan bergembira, karena akan memasuki bulan berkah, bulan tambah rezqi, bulan yang penuh Rahmat dan Ampunan.
 Mari kita sambut bulan Ramadhan dengan mempersiapkan kondisi Rohani dan Jasmani, Serta persiapkan segenap keluarga dan famili untuk dapat bersiap-siap dan bersungguh-sungguh melaksanakan ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Dan mari kita kaji dan kita hayati kembali hal-hal yang berkaitan dengan ibadah puasa dan ibadah Ramadhan lainnya, agar dapat dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan sunnah Rasul SAW serta dapat memperoleh kesan-kesan Rohaniah dari berbagai macam ibadah yang dilaksanakan.
Marhaban Yaa Ramadhan....!
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "marhaban" diartikan sebagai "kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu (yang berarti selamat datang)." Ia sama dengan ahlan wa sahlan yang juga dalam kamus tersebut diartikan "selamat datang."  
Walaupun keduanya berarti "selamat datang" tetapi penggunaannya berbeda. Para ulama tidak menggunakan ahlan wa sahlan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, melainkan "marhaban ya Ramadhan".  
Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti "keluarga", sedangkan sahlan berasal dari kata sahl yang berarti mudah. Juga berarti "dataran rendah" karena mudah dilalui, tidak seperti "jalan mendaki". Ahlan wa sahlan, adalah ungkapan selamat datang, yang dicelahnya terdapat kalimat tersirat yaitu, "(Anda berada di tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah."  
Marhaban terambil dari kata rahb yang berarti "luas" atau "lapang", sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Dari akar kata yang sama dengan "marhaban", terbentuk kata rahbat yang antara lain berarti "ruangan luas untuk kendaraan, untuk memperoleh perbaikan atau kebutuhan pengendara guna melanjutkan perjalanan." Marhaban ya Ramadhan berarti "Selamat datang Ramadhan" mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya "mengganggu ketenangan" atau suasana nyaman kita.  
Marhaban ya Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu, karena kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh guna melanjutkan perjalanan menuju Allah Swt.   Ada gunung yang tinggi yang harus ditelusuri guna menemui-Nya, itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam, belukar yang lebat, bahkan banyak perampok yang mengancam, serta iblis yang merayu, agar perjalanan tidak melanjutkan. Bertambah tinggi gunung didaki, bertambah hebat ancaman dan rayuan, semakin curam dan ganas pula perjalanan. Tetapi, bila tekad tetap membaja, sebentar lagi akan tampak cahaya benderang, dan saat itu, akan tampak dengan jelas rambu-rambu jalan, tampak tempat-tempat indah untuk berteduh, serta telaga-telaga jernih untuk melepaskan dahaga. Dan bila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kendaraan Ar-Rahman untuk mengantar sang musafir bertemu dengan kekasihnya, Allah Swt.
Tentu kita perlu mempersiapkan bekal guna menelusuri jalan itu. Tahukah Anda apakah bekal itu? Benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di lahan jiwa kita. Tekad yang membaja untuk memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan shalat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah melalui pengabdian untuk agama, bangsa dan negara. Semoga kita berhasil, dan untuk itu mari kita buka lembaran Al-Quran mempelajari bagaimana tuntunannya.
 Firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebaikan,  maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.  (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (AlBaqoroh : 183-185)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (Alqadr : 1-5)




Ibadah di Bulan Ramadhan Seperti Lomba Lari Maraton




Bulan penuh berkah dan anugerah kita masuki. Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menyambutnya? Ibadah di bulan Ramadhan perlu stamina, kekuatan dan daya tahan. Hal ini dapat kita umpamakan seperti suatu kejuaraan olahraga, sebut saja kejuaraan Ramadhan. Seperti lomba internasional, ada pelatihan intensif/pelatnas, ada uji coba ke luar negeri/try out dan ada persiapan di lapangan/iklimatisasi, maka para pecinta Allah dan rasulNya telah mempersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya untuk menyambut Ramadhan. Ada yang mempersiapkan diri 3 bulan sebelum Ramadhan, 6 bulan sebelum ramadhan bahkan ada yang sejak Syawal sudah berancang-ancang mempersiapkan diri untuk menyambut Ramadhan tahun berikutnya, Masya Allah!!!




Untuk yang persiapan yang 6 bulan dapat kita buat perumpamaan sebagai berikut:
  • Sejak bulan Rabiul awal adalah bulan dimulainya pelatihan intensif/pelatnas, sejak bulan ini, konsentrasi segera ditingkatkan, berbagai ibadah mulai ditingkatkan dan diatur pelaksanaannya secara cermat.

  • Bulan Rajab adalah bulan uji coba/try out. Seperti latih tanding dengan lawan yang akan kita hadapi. Kita mencoba menjajal kekuatan lawan dan rintangan yang nantinya akan kita hadapi di pertandingan sebenarnya. Puasa sunnah mulai diperbanyak.

  • Bulan Sya’ban adalah bulan iklimatisasi. Seolah kita sudah berada di tempat pertandingan. Kita berlatih untuk menyesuaikan kondisi fisik dengan kondisi lapangan. Lawan-lawan dan saingan sudah di depan mata. Kekuatan diri, kekuatan musuh dan medan perlombaan telah dikenali. Di bulan ini, puasa sunnah dilakukan hampir sebulan penuh, mirip puasa Ramadhan

  • Bulan Ramadhan. Bulan berlimpahnya keberkahan dan karunia Allah. Bulan yang ditunggu-tunggu, dinanti-nanti, dirindukan kehadirannya sejak Syawal tahun lalu. Sebuah perlombaan besar dibuka bagi seluruh umat Islam tanpa kecuali. Tempat start dan finis perlombaan sama untuk semua peserta, tidak ada diskriminasi. Start dari terbenamnya matahari di akhir Syaban, finis di gemuruh takbir malam 1 Syawal. Perlombaannya sama, berusaha mengisi setiap detik demi detik dibulan ini dengan amal ibadah terbaik.





Ternyata, dalam kejuaraan Ramadhan ini, panitia memberikan banyak keringanan dan berbagai fasilitas penunjang bagi para peserta. Ada berbagai rintangan dalam lomba yang diringankan bahkan dihilangkan. Berbagai bonus disediakan selama perlombaan, bonus itu makin lama makin besar nilainya ketika semakin mendekati akhir perlombaan. Hadiah akhir dirahasiakan oleh Ketua Panitia. Tidak ada yang tahu besarnya hadiah yang akan diterima selain sang Ketua Panitia sendiri. Para peserta tidak ada yang tahu, bahkan peserta paling pintar sekalipun.




Sekarang terserah kepada kita sebagai umat Islam, umatnya Nabi Muhammad saw. untuk ikut apa tidak. Kalau tidak ikut, sungguh ia merugi. Tentunya mereka yang di dalam hatinya tidak siap akan kaget, lho, kok udah Ramadhan lagi?”. Justru di Kejuaraan Ramadhan ini kita bisa berbuat yang terbaik untuk mengganti alias menutupi amal jelek di masa silam. Ini saat terbaik untuk banting setir dari arah pemuasan hawa nafsu dan dunia ke arah ridhanya Allah. Ridhanya Allah!




Sungguh tak terbayang kalau kita mengebut saat mengejar ridhanya Allah. Demi Allah, sekali lagi demi Allah, ridhanya Allah seribu kali lebih ngebut mengejar kita. Dan kalo kita sudah dapat ridhonya Allah, dunia serasa surga, atau yang dalam bahasa Qurannya Laa khaufun ‘alaihim wa laa hum yahzanuun. Haibah...




Berikut ini ada sedikit tips-tips buat kamu-kamu yang masih baru mau menyambut Ramadhan. Tidak ada kata terlambat, setiap satu nafas adalah satu kesempatan yang disediakan Allah untuk bertaubat:
  • Cari buku-buku tentang keutamaan Ramadhan, bacalah dengan semangat dan gembira, bacalah kegembiraan para orang-orang saleh dalam menyambut bulan Ramadhan ini. Rasakan kegembiraan dan berbunga-bunganya hati mereka. Jadikan kegembiraan ini mengalir dari jantungmu ke sekujur tubuhmu mengikuti aliran darahmu.

  • Kegembiraan akan menghasilkan energi yang melimpah, gunakan energi ini dengan bijak sampai akhir Ramadhan, dan kalau bisa terus di charge selama ramadhan. Idealnya kegembiraan itu semakin besar ketika kita makin memasuki bulan Ramadhan, namun kegembiraan itu juga bercampur dengan kesedihan karena hari-hari berlalunya Ramadhan makin dekat dan semakin dekat.

  • Yang penting dalam bulan Ramadhan ini adalah kesabaran. Daya tahan untuk berkonsentrasi, meluruskan pandangan hati dan niat ke arah Allah. Semakin kuat daya tahan kita dalam konsentrasi ini, makin sukses kita di kejuaraan Ramadhan ini.

  • Dapatkan seorang teman yang baik, yang bisa kita jadikan pemicu dan penambah semangat. Ikatkan dirimu kepadanya sehingga engkau bisa ikut mengarungi perlombaan ini dengan lebih mudah.

  • Akhirnya, segala sesuatu berpulang dan bergantung kepada Allah swt. Hanya kepada Allah kita menumpukan harapan, semoga Dia memberikan yang terbaik bagi kita di bulan mulia dan barokah ini. Amin.





NB. Kami menulis tentang persiapan Ramadhan ini bukan berarti kami sendiri telah mempersiapkan diri dengan baik. Penulis pun masih lemah dan banyak khilaf. Penulis sekesar unjuk omongan, unjuk isi pikiran. Semoga tulisan ini berguna buat kami sendiri dan juga buat antum semua untuk memacu semangat. Semoga Allah membersihkan dan memperindah niat-niat kita dan semoga Allah mengampuni kami dan antum semua. Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar